tapi untuk siapa kreasi, karya atau penciptaan tersebut? disinilah keagungan tuhan dengan sangat jelas terlukiskan. bahwa setelah fase penciptaan makhluk, tuhan menyerahkan ruang hidup tersebut kepada makhluknya untuk dikelola. diserahkan? ya....sepenuhnya untuk dikelola. apa itu artinya tuhan istirahat? tentu tidak.
sebab tuhan adalah dzat yang tak pernah lelah. namun dengan kecerdasan agungnya, tuhan menyerahkan pengelolaan alam ini kepada manusia sebagai makhluk termulianya. dengan memberi batas-batas kewenangan yang kemudian disebut sebagai hukum alam. hukum inilah hukum besi yang jika dilanggar, maka kerusakan automatically akan terjadi. sebab pelanggaran terhadap hukum alam berkonsekuensi pada dilanggarnya batas-batas hukum alam yang telah ditentukan oleh tuhan dengan derajat presisi yang sempurna secara matematis, logis, dan manageable.
dalam konotasi demikian pula hidup harus dimaknai sebagai ruang untuk mengkreasikan yang terbaik yang kita mampu, yang terbaik yang kita bisa, yang terjauh yang bisa kita gapai. sebab sejauh apapun yang kita kreasikan, hal itupun tak akan pernah mampu mengurangi kekuasaan tuhan. sepintar apapun manusia berpikir, itupun tak akan mampu mengurangi kecerdasan tuhan. karenanya, kepada manusia sebagai makhluk termulia tuhan telah menyerahkan hidup ini sebagai ruang ekpresi kita. dan yakinlah bahwa sejauh apapun kreasi kita lakukan, maka hal itu tak akan mencederai kehormatan, kekuasaan dan kecerdasan tuhan. seban tuhan adalah dzat sempurna dalam dirinya sendiri. tuhan adalah dzat yang eksistensinya tidak tergantung pada apapun, termasuk apakah manusia menyembahnya ataupun tidak. jadi, jangan pernah Ge eR dan membusungkan diri untuk membela tuhan. sebab tuhan tidak butuh pembelaan dari siapapun.
0 Response to "memaknai hidup sebagai ruang ekspresi"
Posting Komentar